Home » , , , » Siapa Penerus Markis Kido/Hendra Setiawan?

Siapa Penerus Markis Kido/Hendra Setiawan?

Written By O tea on Monday 28 December 2009 | Monday, December 28, 2009


I love bulutangkis


Store I love BUlutangkis

PBSI kembali mendapat cobaan yang berat. Satu persatu pelatih dan pemain hengkang dari pelatnas. Berawal dari Vita Marissa, pemain spesialis ganda ini membuat kejutan di awal tahun 2009 dengan mengundurkan diri dari hiruk pikuk pelatnas.
Bulutangkis.com - PBSI kembali mendapat cobaan yang berat. Satu persatu pelatih dan pemain hengkang dari pelatnas. Berawal dari Vita Marissa, pemain spesialis ganda ini membuat kejutan di awal tahun 2009 dengan mengundurkan diri dari hiruk pikuk pelatnas.

Kemudian diikuti oleh pemain senior Alvent Yulianto. Selanjutnnya, Hendrawan, pelatih tunggal, mantan juara dunia tunggal putra memutuskan untuk berkarya di negeri tetangga, Malaysia. Akhir tahun 2009, dunia bulutangkis Indonesia kembali terhenyak. Peraih medali emas Beijing 2008, Markis Kido/ Hendra Setiawan melayangkan surat pengunduran dirinya dari pelatnas.

Jika Vita Marissa keluar dari pelatnas beralasan dengan masalah kontrak, Markis Kido/ Hendra Setiawan memutuskan keluar dengan alasan ingin mencoba bermain secara profesional. Surat pengunduran Juara Dunia ganda putra 2007 ini telah dilayangkan ke PBSI sebelum pelaksanaan Sea Games Laos 2009 dimulai.

Meski menyatakan siap membela tim nasional, namun dengan mundurnya Markis Kido/ Hendra Setiawan membuat kekuatan Indonesia di ganda putra semakin melemah. Pemain lapis kedua ganda putra Indonesia belum masih belum siap menerima tongkat estafet dari sang peraih medali emas Sea Games 20009.

Ganda putra nomor dua Indonesia, Mohamad Ahsan/ Bona Septano meski pernah menjadi juara pada turnamen Bingo Bonanza Philippine Open Grand Prix Gold 2009, penampilan mereka berdua di ajang Super Series masih labil. Meski pernah mengalahkan pemain top macam Lars Paske/ Jonas Rasmusen, Ahsan/ Bona belum bisa menjaga konsistensi permainan. Kalah di babak awal turnamen kerap terjadi. Penampilan terbaik mereka di ajang turnamen kategori Super series baru hanya baru bisa sampai babak perempat final, yakni di Korea Super Series 2009, All England 2009 serta Prancis Open Super Series 2009.

Finalis Japan Super Series 2009, Yonathan Suryatama Dasuki/ Rian Sukmawan juga sama. Nasib kurang beruntung di tahun 2009 dialami bagi pasangan yang tahun ini baru bergabung dengan pelatnas. Berulang kali Yoke (pang%@!#$&n akrab Yonathan)/ Rian bertemu dengan pemain-pemain dari Malaysia, Koo Kean Keat/ Tan Boon Heong atau Mohd Zakry Abdul Latif/ Mod Fairuzizuan Mod Tazar di babak-babak awal turnamen super series. Yoke/ Rian di tahun ini hanya baru bisa sekali mengalahkan Pasangan nomor dua Malaysia, Mohd Zakry Abdul Latif/ Mod Fairuzizuan Mod Tazar. Sedangkan dengan pasangan utama Malaysia Koo Kean Keat/ Tan Boon Heong, Yoke/ Rian belum pernah menang sekalipun.

Di lapis berikutnya lebih memprihatinkan lagi. Setelah pemain senior macam Alvent Yulianto, Luluk Hadiyanto, Hendra Aprida Gunawan, Joko Riyadi tak lagi menghuni pelatnas, stok pemain ganda putra belum memperlihatkan regenerasi yang mulus.

Fernando Kurniawan/ Lingga Lie, Afiat Yuris Wirawan/ Wiqi Windarto belum juga memperlihatkan prestasi yang menggembiarakan. Di sepanjang tahun ini, Fernando Kurniawan/ Lingga Lie belum mampu meraih satu gelarpun. Jangankan di kelas Grand Prix, dikelas Challenge pun kedua pasangan ini selalu gagal. Bahkan di turnamen Astec Ultra Milk Open Indonesia International Challenge 2009 Fernando/ Lingga kalah dari pemain pratama Angga Pratama/ Rian Agung Saputra. Prestasi terbaik kedua pasangan ini hanya sekali sebagai semifinalis di Vietnam International Challenge 2009. Peringkat mereka pun melorot dari 24 per tanggal 30 Juli 2009 menjadi 36 per tanggal 17 Desember 2009.

Minimnya pertandingan yang diikuti oleh Afiat Yuris Wirawan/ Wifqi Windarto menjadi salah satu penyebab mandegnya prestasi pasangan ini. Meski prestasi mereka berdua sedikit lebih baik dibandingkan dengan Fernando Kurniawan/ Lingga Lie, namun peringkat mereka per 17 Desember 2009 hanya berada di posisi 45. Dua kali pasangan ini sempat menjadi semifinalis di Vietnam International Challenge 2009 dan Macau Grand Prix Gold 2009.

PBSI harus mengambil langkah yang tepat untuk mengantisipasi masalah ini. Regenerasi menjadi kata kunci dan menjadi satu keharusan, jika Indonesia tidak ingin ketinggalan dari negara lain.

Dua even besar di tahun depan sudah menanti di depan mata. Putaran Thomas-Uber bulan Mei di Malaysia serta Asian Games bulan November 2010 di Guangzhou, China. Mulai dari sekarang PBSI mengatur pandai strategi, apalagi dengan minimnya stok pemain yang dimiliki PBSI. (Arief Rachman).




I love bulutangkis

Store I love BUlutangkis

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts

Powered by Blogger.

Badminton Store