Home » , » LIEM Swie King legenda Pebulutangkis indonesia. I love bulutangkis

LIEM Swie King legenda Pebulutangkis indonesia. I love bulutangkis

Written By O tea on Wednesday, 27 May 2009 | Wednesday, May 27, 2009

















LIEM Swie King legenda Pebulutangkis indonesia. I love bulutangkis




I love bulutangkis


LIEM Swie King adalah salah satu legenda bulutangkis Indonesia. Saya masih ingat ketika masih duduk di bangku sekolah menengah 1977-1982, Liem Swie King adalah pahlawan bulutangkis Indonesia. Saya waktu itu menonton King bertanding dalam arena internasional di TVRI. Rasanya bangga menyaksikan Liem Swie King menjadi juara All England tiga kali (1978, 1979, 1981), dan bersama kawan-kawannya tiga kali merebut Piala Thomas (1976, 1979, 1984). Intinya, saya kagum pada Liem Swie King yang membawa nama Indonesia harum di mata dunia.

King menggantung raket badminton sejak 20 tahun silam atau pada tahun 1988. Lalu kemana gerangan Liem Swie King selama ini? Pekan lalu, saya bertemu Liem Swie King di rumahnya di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Begitu tahu saya dari Kompas, King langsung menanyakan kabar TD Asmadi, Sumohadi Marsis, dan Valens Doy. Saya jelaskan bahwa Pak TD Asmadi sudah pensiun dari Kompas, sedangkan Pak Sumohadi Marsis merintis Tabloid Bola. Sementara Pak Valens Doy sudah almarhum. King agak kaget ketika tahu Pak Valens sudah meninggal dunia. (Ketika masih duduk di bangku sekolah menengah, saya membaca berita tentang King dari wartawan-wartawan senior Kompas tersebut).

Kehebatan Liem Swie King dalam dunia bulutangkis Indonesia menjadi inspirasi bagi Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale, pemilik rumah produksi Alenia, untuk membuat film tentang bulutangkis. Film itu bukan bercerita tentang kisah kehidupan King. Akan tetapi, dalam film itu, King menjadi inspirasi bagi seorang ayah yang kagum pada King, lalu memotivasi putranya untuk bisa menjadi juara seperti King.

Keberanian Nia dan Ale membuat film bertema bulutabngkis, patut dipuji. Sangat sedikit film Indonesia yang bisa membangkitkan semangat menjadi juara, apalagi juara bulutangkis. Padahal cabang olahraga ini merupakan cabang unggulan Indonesia di kancah internasional. Nia dan Ale ingin membangkitkan semangat kaum muda Indonesia agar tetap mencintai bulutangkis.

Seperti Nia dan Ale, saya pun merindukan Indonesia berjaya dalam turnamen internasional. Dan saya kira bukan hanya saya. Ada jutaan, puluhan juta bahkan 220 juta rakyat Indonesia sudah lama menunggu lahirnya Liem Swie King-Liem Swie King baru dalam olahraga bulutangkis.

Film ini didukung oleh Komunitas Bulutangkis Indonesia yang dipimpin G. Sulistiyanto, yang juga salah satu pengurus inti Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia atau PBSI. Sulis memang bukan pemain bulutangkis, tetapi pada masa remaja, dia punya cita-cita menjadi juara bulutangkis di tingkat Provinsi Jawa Tengah, yang waktu itu menggelar Munadi Cup.

Banyak waktu

Dalam perbincangan, Liem Swie King menuturkan kini dia punya banyak waktu berkumpul bersama keluarganya. Tiga anaknya beranjak dewasa, yaitu Alexander (25), Stephanie (22) dan Michelle (12). King memiliki bisnis perhotelan dan spa di Jakarta.

Yang menarik, KIng mengaku anak-anaknya tidak tahu bahwa dia seorang legenda bulutangkis Indonesia. Stephanie, yang baru saja lulus dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, mengatakan dia baru tahu ayahnya seorang pahlawan bulutangkis Indonesia setelah duduk di bangku SMP. Mereka heran kok banyak orang menyapa King. Tapi akhirnya mereka paham, ayahnya, Liem Swie King betul-betul seorang legenda bulutangkis Indonesia.

King mengatakan beberapa kali berkunjung ke kota kelahirannya di Kudus, Jawa Tengah. Dia melihat lapangan bulutangkis, tempat dia kali pertama bermain, masih ada. Dia ingat ketika akan bermain, dia memasang sendiri net di lapangan. King juga ingat betapa sikap keras ayahnya, memacu dirinya untuk bisa menjadi juara. King selalu diomeli sang papa, jika kalah di lapangan.

Liem Swie King termasuk mantan pemain bulutangkis Indonesia yang beruntung karena tetap sukses usai menggantungkan raketnya. Namun dia prihatin masih ada beberapa mantan pemain bulutangkis Indonesia seperti Taty Sumirah yang setelah berhenti bermain, bekerja di sebuah apotek dan naik vespa tua. Komunitas Bulutangkis Indonesia yang dipimpin G Sulistiyanto, membantu orang-orang seperti Taty Sumirah -yang pernah mengharumkan nama Indonesia, agar dapat hidup layak.

King memang menikmati hidupnya. Dia sudah jarang bermain bulutangkis, tetapi kini dia lebih suka bermain tenis. Bahkan rutin seminggu dua kali. King prihatin dengan kondisi dunia bulutangkis Indonesia saat ini. Pada zamannya, dia berlatih dengan fasilitas apa adanya dan bertanding dengan hadiah belum seberapa, tetapi dia punya semangat dan disiplin yang tinggi.

Untunglah ada orang-orang seperti Nia Zulkarnaen, Ari Sihasale, G. Sulistiyanto yang menyadari betapa pentingnya memotivasi kaum muda Indonesia, yang ada di pelosok-pelosok desa, kampung, kota, agar mau berlatih dengan disiplin dan semangat tinggi, dan punya motivasi tinggi menjadi juara di kancah internasional. Sudah waktunya Indonesia memiliki “Liem Swie King-Liem Swie King” baru….
POst Dian Mediana I love bulutangkis

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts

Powered by Blogger.

Badminton Store